BLUE GREY RED

      

Warna - Warni di Desa Bhineka Jaya


PUTU, seorang anak laki-laki yang kesehariannya memakai ikat kepala khas bali, tinggal di desa bhinneka jaya, Kecamatan Pertiwi Nusantara, di bawah kaki gunung, yang berjarak 10 kilometer dari ibu kota provinsi. Bapaknya yang berasal dari Bali dipindah tugaskan ke Dinas Pariwisata untuk mengembangkan potensi wisata.

Dalam merayakan tahun baru Saka, Putu yang beragama Hindu ini menjalankan ibadah hening. Ya, berbeda dengan kawan-kawannya seperti Ambar dan Fuad yang merayakan Hari Raya Idul Fitri, Duma dan Alex yang sama-sama merayakan Natal, atau meili yang merayakan Tahun Baru Imlek dengan suasana ceria dan penuh suka cita, Putu justru menjalankan dengan usasana hening. Lampu rumahnya harus dipadamkan dan tidak melakukan aktivitas apa pun termasuk bekerja, bepergian, menikmati hiburan seperti menonton TV.

Ya, di desa Bhinneka Jaya yang warganya berasal dari berbagai daerah ini, para tetangga sudah paham dan menghormati ibadah Putu. Tak ada yang menyalakan musik keras-keras atau membuat gaduh  di sekitar rumah Putu, lo. Bahkan, tak hanya menghormati, mereka pun ikut merasakan kekhususan dan sukacita ibadah kawannya ini.

Tahukah sobat, perilaku mereka ini sudah mencerminkan nilai Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.  Kisahnya putu dan teman-temannya ini bisa dibaca dalam buku seri Belajar Pancasila, ciptaan Yugha Erlangga yang diterbitkan Penerbit Erlangga.

Ada lima buku yang masing-masing dikemas pembelajaran lima nilai karakter utama sila dalam Pancasila. Sila pertama yang dilambangkan dengan bintang berlatar belakang hitam ini hadir dengan judul Yuk Saling Menghargai.

Pancasila yang terdiri dari dua kata bahasa sansekerta ini memilki arti lima prinsip yang diterapkan dalam keseharian berbangsa dan bernegara. Semua sila ini secara jelas tercantum  dalam paragraf keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang biasa kita dengar saat upacara pengibaran bendera di sekolah, ya.

Buku ini menjadi menarik dengan tokoh-tokoh berlatar belakang berbeda, tetapi mereka tetap saling menghargai. Buku ini pun menonjolkan pembelajaran karakter dengan nilai religius melalui perilaku beriman, toleran, dengan nilai ketulusan, persahabatan, dan kepedulian sosial.

Dalam kisah sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Putu dan kawan-kawannya membantu korban bencana banjir dan longsor dengan menyumbangkan beberapa pakaian bekas layak pakai. Begitu pun sila selanjutnya yang masih menonjolkan nilai persatuan, menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah hingga keadilan dalam berbagi. Seru, kan, sobat? Yuk, baca semua bukunya!

Sumber : Resensi Media Indonesia

Most Read Articles

emir